Jumat, 18 Mei 2012

Peradaban Agama Sunda Wiwitan di Sekitar Lokasi Gunung (Supervolcano) Sunda Purba

Penemuan fosil dan artefak tahun-tahun terakhir ini disekitar Gua Pawon sampai Gunung Padang (Kab Bandung Barat sampai Cianjur) memang cukup mengejutkan. Ada sejumlah fosil mammoth dan sejumlah peninggalan dari jaman megalitikum. Sejumlah peneliti dari IAGI dan Wanadri yang setia menyusuri DAS Citarum menjumpai beberapa situs seperti di bawah ini:
Situs Desa Gunung Padang, di Campaka Cianjur

Sundaland, menghubungkan dua benua
Gunung Sunda Purba sendiri pernah meletus serta menjadi tiga gunung anakan Gn Burangrang, Gn Tangkubanperahu dan Gn Bukit Tunggul. Puncaknya ada di atas Gn Tangkubanperahu dengan perkiraan ketinggina sampai 4.000 mdpl. Konon letusannya membuka Sanghyang Tikoro, sehingga Danau Purba Bandung menjadi daratan.
Nama Gn Sunda Purba pun adalah bahasa lokal yang sama dengan penulisan geologist jaman pertengahan yang memperkirakan Sundaland (Paparan Sunda) berdiri di atas Sunda Plate (Lempeng Sunda tektonis). Douwess Dekker lah yang merubah nama Sundaland menjadi Nusantara, sehingga orang Malaysia pun sekarang merasa menjadi orang Nusantara. Bahkan mereka merasa sebagai sebuah kekaisaran (lebih tinggi dari kerajaan dan negara) dengan nama Kekaisaran Sunda Nusantara, berkedudukan diKuala Lumpur 

Penemuan-penemuan piramida bahkan cukup menakutkan kelompok tertentu yang akan mengembalikan keberadaan agama Sunda Wiwitan.
Ini pendapat-pedapat dari masing-masing sumber, bukan saya, dan mohon maaf, hanya sekedar sharing bacaan:
Orang Pasundan merasa Sunda bukan lah etnis di Jawa Barat melainkan orang-orang se Paparan Sunda yang berkumpul di pusat peradaban. Agama yang dianutnya pun adalah Sunda Wiwitan. Beberapa penganut Kejawen mengakui Sunda Wiwitan sebagai sumber ke-jawa-an, dimana agama Sunda yang monotheisme adalah ajaran Islam dari Brahma (Abram menurut Taurat, Abraham menurut Injil dan Ibrahim menurut Quran), serta ajaran-ajaran sebelum Brahma (mungkin ajaran Islam sejak Nabi Adam), dimana ajaran yang diusung adalah garis Habil dengan musuh ajaran Qabil.
Sunda Wiwitan yang berkembang dan disempurnakan oleh ajaran Al Quran menjadi agama menurut faham Kejawen adalah Manunggaling Kawula Gusti yaitu bersatunya hamba dengan Tuhan-nya (diskusi posting kemarin). Perspektif ajaran Kejawen berdimensi tasauf percampuran antara kebudayaan Jawa, Hindu, dan Budha yang kurang menghargai aspek syariat dengan hukum-hukum hakiki agama Islam, alasannya adalah bahwa penyebar agama Islam pada waktu itu lebih mementingkan Islam diterima dahulu walau harus menyesuaikan dengan adat Jawa. Kejawen sendiri bukan lah berasal dari kata Jawa, melainkan dari jawi atau kesederhanaan. Tetapi orang Jawa sudah menggunakan atau memakai gelar “Sayidina Panatagama”, “Khalifatullah”, “Ajaran agama ageming aji” ( perhiasan ) untuk raja-raja Jawa, karena raja adalah wakil Allah di dunia.
Kitab Mahabarata dan Ramayana merupakan sumber inspirasi ajaran Kejawen yang mengandung ajaran moral dan karakter prilaku tuntunan hidup dengan pola pemahaman kajian pikiran Jawa yang lebih terfokus pada aspek indra batin dan prilaku batin. Strategi pendekatan Kejawen adalah mencari pendekatan kepada Tuhan bahkan selalu ingin menyatu dengan Tuhan ( Manunggaling Kawula Gusti) dan analisanya bersifat batiniah.
Sunda Wiwitan di Jawa Barat menjadi agama Sunda yang cenderung melengkapinya dengan ajaran Al Quran dalam bentuk tajalli, mirip dengan kejawen, tetapi tetap melaksanakan syariat secara hakiki.  Penyatuan diri dengan Allah adalah tidak mungkin karena manusia berbeda zat dengan Allah, tetapi manusia harus mampu mencapai ketuhanan sesuai kemampuan akalnya. Maka secara tasauf, tajalli adalah menyatukan diri kepada penampakan diri Tuhan yang bersifat absolut dalam bentuk alam yang bersifat terbatas. Istilah ini berasal dari kata tajalla atau yatajalla, yang artinya “menyatakan diri”. Tidak mengherankan, pada 1576M, Raja Sunda Galuh (atau dikenal dengan raja Pakuan Pajajaran karena berkantor di Pakuwuan yang berjajar, karena raja adalah mandataris dari board of director raja-raja dari trias politica pemerintahan Paparan Sunda ala kearifan lokal) lebih suka mengalah dan menghilang (raib atau tilem) ketimbang harus berperang sesama bangsa yang dikepalai oleh panglima-panglima Gujarat dan China yang mejadi wakil Kerajaan Demak, Cirebon, Bali dan Banten.
Oleh sebagian kalangan Islam kaum santri berwarna Islam Arab, konsep penyatuan manusia dengan Tuhan Kejawen dan agama Sunda dianggap mengarah kepada penyekutuan Tuhan atau prilaku Syirik. Anehnya banyak ahli-ahli spiritual Islam Timur Tengah bahkan banyak belajar kepada agama Islam Sunda ini. Apakah karena pola pikir tasauf Jawa pada waktu itu sudah lebih maju ketimbang tasauf Arab? Dimana Nabi Muhammad SAW sendiri melaksanakan tingkat-tingkat di atas syariat seperti tarekat, hakekat dan marifat. Kemudian untuk menjadi marifatullah seseorang harus mengikuti sunnah Rasul dalam sifat siddiq, amanah, tabligh dan fatonah?
Pemberhentian tingkat di syariat ini lah yang nampak terjadi pada kaum muslim sejak memasuki abad 20, yang oleh para ahli agama Islam Turki disebutnya sebagai degradasi. Seolah dengan menerima rukun iman dan menjalankan rukun islam pahala lah ganjarannya. Dengan pahala yang banyak dijamin masuk surga. Mungkin ini pula lah yang menyebabkan orang Islam menjadi lagi tidak peka akan alam atau tidak islami (menerima sunatullah secara ikhlas).

PAPATAH KOLOT BAHEULA


Dikumpulkeun ku:
Sanghyang Mughni Pancaniti
Paribasa atau pepatah yang sudah diinformasikan secara lisan turun temurun dari para leluhur (karuhun) untuk bekal menjalani kehidupan.
1.        Hubungan Dengan Sesama Mahluk
1.        Ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe kedah micarek (Trust – ngak boleh korupsi, maling, nilep, dlsb… kalo mo ngambil sesuatu harus seijin yg punya). 
2.        Sacangreud pageuh sagolek pangkek (Commitment, menepati janji & consitent).
3.        Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina (integrity harus mengikuti etika yang ada)
4.        Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang (communication skill, berbicara harus tepat, jelas, bermakna.. tidak asbun).
5.        Kudu hade gogod hade tagog (Appearance harus dijaga agar punya performance yg okeh dan harus consitent dengan perilakunya –> John Robert Power melakukan training ini mereka punya Personality Training, dlsb).
6.        Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh (harus saling mencintai, memberi nasihat dan mengayomi).
7.        Pondok jodo panjang baraya (siapapun walopun jodo kita tetap persaudaraan harus tetap dijaga)
8.        Ulah ngaliarkeun taleus ateul (jangan menyebarkan isu hoax, memfitnah, dlsb).
9.        Bengkung ngariung bongok ngaronyok (team works & solidarity dalam hal menghadapi kesulitan/ problems/ masalah harus di solve bersama).
10.     Bobot pangayun timbang taraju (Logic, semua yang dilakukan harus penuh pertimbangan fairness, logic, common sense, dlsb)
11.     Lain palid ku cikiih lain datang ku cileuncang (Vision, Mission, Goal, Directions, dlsb… kudu ada tujuan yg jelas sebelum melangkah).
12.     Kudu nepi memeh indit (Planning & Simulation… harus tiba sebelum berangkat, make sure semuanya di prepare dulu).
13.     Taraje nangeuh dulang pinande (setiap tugas harus dilaksanakan dengan baik dan benar).
14.     Ulah pagiri- giri calik, pagirang- girang tampian (jangan berebut kekuasaan).
15.     Ulah ngukur baju sasereg awak (Objektivitas, jangan melihat dari hanya kaca mata sendiri).
16.     Ulah nyaliksik ku buuk leutik (jangan memperalat yang lemah/ rakyat jelata)
17.     Ulah keok memeh dipacok (Ksatria, jangan mundur sebelum berupaya keras).
18.     Kudu bisa kabulu kabale (Gawul, kemana aja bisa menyesuaikan diri).
19.     Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih (Research & Development, Ngulik, Ngoprek, segalanya harus pakai akal dan harus terus di ulik, di teliti, kalo sudah diteliti dan dijadikan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan).
20.     Cai karacak ninggang batu laun laun jadi dekok (Persistent, keukeuh, semangat pantang mundur).
21.     Neangan luang tipapada urang (Belajar mencari pengetahuan dari pengalaman orang lain).
22.     Nu lain kudu dilainkeun nu enya kudu dienyakeun (speak the truth nothing but the truth).
23.     Kudu paheuyeuk- heuyeuk leungeun paantay-antay tangan (saling bekerjasama membangun kemitraan yang kuat).
24.     Ulah taluk pedah jauh tong hoream pedah anggang jauh kudu dijugjug anggang kudu diteang (maju terus pantang mundur).
25.     Ka cai jadi saleuwi kadarat jadi salogak (Kompak/ team work).

2.        Hubungan Dengan Tuhan (Yang Maha Kuasa)
1.        Mulih kajati mulang kaasal (semuanya berasal dari Yang Maha Kuasa yang maha murbeng alam, semua orang akan kembali keasalnya).
2.        Dihin pinasti anyar pinanggih (semua kejadian telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa yang selalu menjaga hukum-hukumnya).
3.        Melak cabe jadi cabe melak bonteng jadi bonteng, melak hade jadi hade melak goreng jadi goreng (Hukum Yang Maha Kuasa adalah selalu menjaga hukum-2nya, apa yang ditanam itulah yang dituai, kalau kita menanam kebaikan walaupun sekecil elektron tetep akan dibalas kebaikan pula, kalau kita menanam keburukan maka keburukan pula yg didapat…. kira-2 apa yang sudah kita tanam selama ini sampai-2 Indonesia nyungseb seeeeeb ;) )? )
4.        Manuk hiber ku jangjangna jalma hirup ku akalna (Gunakan akal dalam melangkah, buat apa Yang Maha Kuasa menciptakan akal kalau tidak digunakan sebagai mestinya).
5.        Nimu luang tina burang (semua kejadian pasti ada hikmah/ manfaatnya apabila kita bisa menyikapinya dengan cara yang positive).
6.        Omat urang kudu bisa ngaji diri (kita harus bisa mengkaji diri sendiri jangan suka menyalahkan orang lain)
7.        Urang kudu jadi ajug ulah jadi lilin (Jangan sampai kita terbakar oleh ucapan kita, misalnya kita memberikan nasihat yagn baik kepada orang lain tapi dalam kenyataan sehari- hari kita terbakar oleh nasihat-2 yang kita berikan kepada yang lain tsb, seperti layaknya lilin yang memberikan penerangan tapi ikut terbakar abis bersama api yang dihasilkan).
3.        Hubungan Dengan Alam
1.        Gunung teu meunang di lebur, sagara teu meunang di ruksak, buyut teu meunang di rempak (Sustainable Development ~ Gunung tidak boleh dihancurkan, laut tidak boleh dirusak dan sejarah tidak boleh dilupakan… harus serasi dengan alam.).
2.        Tatangkalan dileuweung teh kudu di pupusti (Pepohonan di hutan ituh harus di hormati, harus dibedakan istilah dipupusti (dihormati) dengan dipigusti (di Tuhankan) banyak yang salah arti disini).
3.        Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak (hutan harus dijaga, sumber air harus dimaintain kalo tidak maka manusia akan sengsara).
4.        Kalayan hapunten bilih kirang tata kirang titi duduga peryoga cologog sareng sajabina. Maklum ciri sabumi cara sadesa, bilih aya cara nukacandak ti desa nu kabantun ti kampung nukajingjing ti patepitan, bilih teu sapuk sareng mamanahan. Punten nu kasuhun.
5.        Jeng dulur mah tong nepikeun tileletik silih ala pati, tilelemet getreng, tilelembut silih ala umur, tibubudak silih ala nyawa.
6.        Ulah nuduh kanu jauh, ulah nyawang kanu anggang, nu caket geura raketan nu dekeut geura deueusan. Moal jauh tina wujud moal anggang tina awak, aya naon jeung aya saha? Tina diri sorangan, cirina satangtung diri. Pek geura panggihan silaturahmi teh jeung diri sorangan, ulah waka nyaksian batur, saksian heula diri sorangan kusorangan weh.
7.        Sing diajar nulung kanu butuh, nalang kanu susah, ngahudangkeun kanu sare, ngajait kanu titeuleum, nyaangan kanu poekeun., mere kanu daek, nganteurkeu kanu sieun
8.        Saban-saban robah mangsa ganti wanci ilang bulan kurunyung taun, sok mineng kabandungan manusa sanajan ngalamun salaput umur kahayang patema-tema kareup hanteu reureuh-reureuh, dageuning anu bakal karasamah anging kadar ti pangeran, manusa kadar rencana, Kabul aya tinu maha agung, laksana aya tinu maha kawasa.
9.        Beurat nyuhun beurat nanggung beurat narimakeunnana. (Kecap nuhun)
10.     Nyumput buni tinu caang, negrak bari teu katembong. (Tawadhu)
11.     Tong Kabobodo tenjo, kasemaran tingali.
12.     Najan Buuk hideung jadi bodas, dada antel kana bumi, buluan belut, jangjangan oray. moal waka wangsul saacan kenging ridho Gusti.
13.     Indung anu ngandung bapa nu ngayuga, indung ngandung salapan bulan melendung, tapi indung henteu pundung sabab taqdir tinu maha Agung.
14.     Urang kabeh teh  Reket dengdeng, papak sarua. (Sarua)
15.     Teu ngakal moal ngakeul, teu ngarah moal ngarih, teu ngoprek moal nyapek.
16.     Eta dina hate maneh leungitkeun sifat sirik, pidik, jail, kaniaya, iren, pangasten, dudupak, rurumpat, ngumpat, simuat, ujub, takabur, nyaci,  maki, jeung pedit
17.     Pangarti nu jadi ciri, kagagahan anu rongkah, kapangkatan nu dipiwegah, geuning percuma tanpa dibarengan ku kaimanan jeung kataqwaan kanu kawasa.
18.     Kade loba jalma nu jadi Bibit rurujit. Indung rurusuh. (provokator)
19.     Bakal bagja dimana hiji nagara geus Sepi paling, towong rampog, nudigawe simpe hate, kaum buruh teu ripuh, karyawan sarenang, para tani sugih mukti, nu dagang ge sugema.Rakyatna dititah gotong royong teu popolotot, dititah bebersih teu cecerengir, dititah nyumbang teu nararantang.
20.     Bru dijuru, bro dipanto, ngalayah di tengah imah, buncir leuit, loba duit, ngenah nyandang, ngenah nyanding, ngenah nyandung.
21.     Para ratu mikayunyun, para menak mikaserab, kolot ngeso, budak era, deungeun-deungeun mikadeudeuh.
22.     Tong Kumeok memeh dipacok, biyuni hayam kabiri, bodas ceuli. (mundur sebelum berperang)
23.     Indit kudu bari cicing, lumampah ulah ngalengkah.
24.     Alam nirwana, alam asal, poe panjang, Nagara tunjung sampurna, nu baheula ka alaman, ngan kahalangan ku poho, sabab poe kamari lain poe ayeuna. (Akherat)
25.     Wayang nyaeta gambaran kahirupan manusa Nu dipipindingingan ku silip sindir, dihalangan ku siloka sareng sasmita, kalayan dirimbunan ku gunung simbul.
26.     Geus loba pangarti nu kapimilik, pangabisa nu geus kapibanda, elmu nu geus katimu. kari diamalkeun
27.     Mipit amit, ngala menta, nyukcruk walungan, mapay wahangan, nete taraje, nincak hamalan, ipis lapis, kandel tapel. (malapah gedang)
28.     Sing waspada jeung permana tinggal. (Waspada)
29.     Inditna ulah ngagidig, nyokotna ulah ngaleos, mawana ulah ngalengkah.
30.     Meredih tina ati, menta tina manah. Menekung kanu Maha Agung, muja brata kanu Maha Kawasa
31.     Pasti teu bisa dipungkir, kadar teu bisa di singlar, papasten nu tumibar.
32.     Sing bisa nilik kana diri, bisa ngukur kana kujur.
33.     Elmu teh bakal ngancik tinu nyaring, bakal cicing dinu eling
34.     Niti wanci nu mustari, ninggal mangsa nu sampurna, kahirupan di dunya taya lian keur taqwa.
35.     Bagja dimana boga sobat medok, istri denok, sawah ledok.
36.     Nu geulis jadi werejit, nu lanjang jadi baruang.
37.     Nyukcruk galur nu kapungkur, mapay laratan anu baheula, nitih wanci nu kamari, ninggang mangsa nu sampurna. Sanajan urang beda tapi sarua, sanajan teu ngahiji tapi sa ati, milari ridho gusti nu Sajati.
38.     Tunggul tong dirurud, catang tong dirumpak, hirup katungkul ku umur, paeh teu nyaho dimangsa. Sing inget kana purwadaksi, purwa wiwitan, daksi wekasan. Hartina sing apal kana diri, asal timana?, cicing dimana? Balik kamana?
39.     Urang teh bakal pinanggih jeung poe akhir, nu ngandung harti poe pamungkas, raga ditinggalkeun nyawa, maot pingaraneunana. Bakal digiring kurung keur kuring, bakal dibulen saeneng-eneng, bakal ngagebleg deui jeung mantena.
40.     Hirup katungkul ku umur, paeh teu apal dimangsa, numatak rinik-rinik kulit harti, cicing harti ngawincik diri, mun nyaah kana raga sing nyaho kana dasar agama.
41.     Positip x posotip= positip. Negative x negative= positip. Positip x negative=negative. Nu bener dibenerkeun eta bener, nu salah disalahkeun eta bener. Nu bener disalahkeun eta salah, nu salah dibenerkeun eta salah.
42.     Ratu tara ngahukum, raja tara nyiksa, melak cabe jadi cabe, melak bonteng jadi bonteng, melak hade jadi hade, melak goreng jadi goreng.
43.     Ulah taluk pedah jauh, tong hoream pedah anggang, tong cicing pedah tebih jauh kudu dijugjug, anggang kudu diteang, tebih kudu di sungsi
44.     Kudu paheuyeuk- heuyeuk leungeun paantay-antay tangan
45.     Neangan luang tipapada urang
46.     Ulah nyaliksik ku buuk leutik
47.     Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina
48.     Ulah pagiri- giri calik, pagirang- girang tampian
49.     Bengkung ngariung bongkok ngaronyok
50.     Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang
51.     Hirup di alam dunya sembaheun anging Gusti nu kagungan urang sadaya, nu ngajadikeun bumi, langit, sawarga, naraka jeung sagala eusina
52.     Hate nu Kalingkung ku wawangunan, kalingker ku papageran.
53.     Miindung ka waktu, mibapa ka zaman
54.     Sabar teh lain  Ditampiling cicing, ditajong morongkol, digebug murungkut.
55.     Sagolek pangkek, sacangred pageuh, teu unggut kalinduan, teu geudag kaanginan.
56.     Meredih kana asihna Gusti, menta kana murahna nu Kawasa.
57.     Jeung dulur mah Jauh silih tepungan, anggang silih teangan, gering silih ubaran, paeh silih lasanan, salah silih benerkeun, poekeun silih caangan, mun poho silih bejaan.
58.     Dedeg sampe, rupa hade, patut teu nganjuk, rupa teu menta, na kalakuan teu beda ti euwah-euwah?
59.     Bisi aya elmu kasungkur-sungkur, pangabisa nu can ka talaah, ajian nu kasingkir-singkir, geura taluktik ti kiwari, geura kotektak ti ayeuna.
60.     Ulah jalir janji lanca-linci luncat mulang udar tina tali gadang
61.     Zaman kiwari mah Anu dakwah kari pertentangna, anu ngaji kari hariringna, tapi kajahatanmah beuki meuweuh
62.     Dimana-manahurung nangtung siang leumpang, caang jalan, lugina hate, kakait ati anu sajati, gagantar rasa anu sampurna, nun gusti .. teupangkeun kuring jeung manehna, meureun aya rasa, rasa bagja anu sampurna salamina
63.     Kateter basa, kalangsu mangsa, katinggaleun poe, nyasab dina waktu, ayeuna, isuk jeung kamari, hiji niat na diri, miharep, ngapimilik anu sajati
64.     Dina sawatara isuk, dina sawatara wanci haneut moyan, dina sawatara poe anu keur dilakonan, dina sawatara harepan, dina sawatara impian, mugi aya dina cageur jeung bageurna, panceg jeung ajegna, hirup jeung huripna, waluya balarea, prung tandang makalangan marengan caang jalan pasampangan
65.     Peun we ah papait ka tukang, kaseudih anu kamari, tunggara anu mangkukna, rek dipendem ameh balem, disimpen cing rikip, ditunda, diecagkeun, moal di teang, moal di ingeut, geus wayahna nyampeur kabagja, geus wayahna ninggali kahareup, ajeug nangtungan hirup, ngabageakeun anjeun anu aya, anjeun anu nyanghareup, anjeun anu aya sajeroning rasa
66.     Panon poe geus moncorong, indung beurang geus nyaangan, gearkeun hate anu aleum, heabkeun rasa anu tiis, bray hibar cahyana ka sakuliah alam dunya, mawa bagja keur urang sararea
67.     Pajajaran kari ngaran, Pangrango geus narikolot, Mandalawangi ngaleungit, Nya dayeuh geus jadi leuweung.
68.     Lamun neda kudu ka Pangeran, mustang ngeumbing mung ka Gusti. Sabab lamun menta ka manusa, matak bosen nganti-nganti
69.     Amit ampun nya paralun, ka Gusti Nu Maha Agung, ka Nabi anu linuhung, Muhammad anu jinunjung
70.     Kaluhur neda papayung, papayung Nu Maha Agung, kahandap neda pangraksa, pangraksa Maha Kawasa
71.     Ampun ka anu Maha Agung, Nu kagungan Kun fayakun, Jleg ngadeg sakur kersa-Na, Bral gumelar kawasa-Na
72.     Lain rek mamatahan nerekel ka monyet, mamatahan ngojay ka soang.
73.     Geura menta hampura kanu jadi bapa, geura menta ampun kanu jadi indung, sabab duanana pangeran urang di alam dunya.
74.     Hariring lain nu kuring, haleuang lain nu urang. Hariring kagungan Nu Maha Wening, Haleuang kagungan Nu Maha Wenang
75.     Jelema mah tungkul tumpuk kalalaputan, tanggah tempat kalalepatan. Samenit ganti sajam robah, sore janji isuk teu dipake
76.     Lain sia kudu melaan agama, tapi agama nu kudu melaan sia. Sabab agama bakal nyalametkeun urang dunya akherat
77.     Sakur nu rek ngarugikeun kana diri, bangsa jeung nagara, cegah ku diri sorangan
78.     Jalma nu iman ka Pangeran, dimana datang bala sobar, datang untung sukur
79.     Geura leungitkeun sirik pidik nu ngancik dina ati, aral subaha nu nyayang dina dada
80.     Ditarima ku panangan dua, disuhun dinu embun-embunan, ditampi ku ati sanubari
81.     Hirup kudu sauyunan, mun cai jadi saleuwi, ka darat jadi salogak. Sapapait samamanis, sabagja satanggung jawab, sareuneuh saigel
82.     Ari nu ngaranna hukum adil teH teu ninian, teu akian, teu indungan, teu bapaan, teu sobat-sobat acan
83.     Dimana urang doraka ka indung bapa, lir ibarat Lamun di lembur kai randu, lamun di leuweung kai dander. Dipake pangorek bingkeng, dipake pamikul bengkung. Dipake suluh matak teu ruhai, matak beuleuweung kanu niupna
84.     Ulah gugur samemeh tempur, ulah perlaya samemeh perang. Indit ka medan jerit ulah dengki, lumampah ka medan dadalaga ulah dendam, lumaku ka medan tempur ulah ujub
85.     Taat sumembah kanu janten rama, sumujud tumut kanu janten ibu
86.     Dihareupeun aya kasusah, ditukang pasti aya kabungah
87.     Dahareun anu asup kanu awak, bakal jadi kulit, jadi daging, jadi sumsum, jadi balung, matak sing ati-ati
88.     Mudah-mudahan urang kakungkung ku rohmat pitulung nu Maha Agung.
89.     Sasanget-sangetna leuweung, moal leuwh sanget tibatan sungut
90.     Manusa mah beda jeung anjing budug di jarian, dimana paeh ngan saukur bilatungan, tapi manusa sajabana ti bilatungan bakal anggih jeung balitungan
91.     Kudu mampu tungkul kanu jukut, ulah tanggah ka sadapan, sing awas kana tincakan
92.     Amit kanu mangku lembur, kanu nyungsi dinu sepi, nu keur genah tumaninah
Sanajan urang paanggang, hatemah paanjang-anjang. Sanajan urang papisah, kanu Maha Kawasa urang sumerah pasrah