Jumat, 18 Mei 2012

PALAGAN BUBAT


PALAGAN BUBAT
Palagan BUBAT merupakan peristiwa fenomenal yang hingga kini menjadi polemik di segenap masyarakat Sunda dan Jawa, terutama tentang validitas terjadinya peristiwa tersebut.Keraguan tersebut berpangkal kepada persepsi yang dilontarkan kalangan pakar atas ketiadaan bukti tertulis.
Mengapa peristiwa BUBAT tidak tercatat dalam dokumen prasasti baik di Majapahit maupun di Tatar Sunda? Karena peristiwa tersebut merupakan AIB, NODA YANG SANGAT TERCELA DAN SANGAT NISTA bagi kerajaan Adhikuasa di Nusantara pada saat itu. Negara Adhikuasa tersebut sebagai penguasa JATENG dan JATIM (menurut tatanan geografis sekarang) tidak menguasai Tatar sunda! Anggapan sebagai Majapahit adalah negara Adhikuasa pada waktu itu diungkapkan secara resmi didalam dokumen prasasti Tuhanyaru(Jayanagara) yang mencantumkan tatanan politik Majapahit secara terstruktur berlandaskan kosmogoni -konsep keagamaan Hindu Buddha yakni doktrin Brahma yang berbunyi
“Jagat Semesta ini terdiri dari sebuah benua bernama Jambudwipa yang berbentuk lingkaran konsentris. Diluar lautan ketujuh atau yang terakhir,Jagat Semesta ditutup barisan pegunungan yang besar disebut Cakrawala. Ditengah2 Jambudwipa terdapat sebuah gunung yang menjadi pusat peredaran matahari, bulan dan bintang2. Di puncak gunung yang disebut gunung Meru terdapat kota2 tempat tinggal para dewa dikelilingi tempat tinggal para dewaLokapala”
Pandangan kosmogonis inilah yang mempengaruhi alam pikiran manusia yang melahirkan konsep2 (keagamaan) tentang hubungan antara dunia manusia dan Jagat Semesta. Antara lain terhadap kegiatan politik dan budaya, terutama struktur dan susunan pemerintahan kerajaan2 kunadi kawasan Asia Tenggara umumnya. Raja dan Kerajaannya dianggap sebagai mikrokosmos, gambaran nyata dari Jagat Semesta sebagai makrokosmios. Dengan demikian raja dan istananya di ibukota adalah pusat susunan mikrokosmos tersebut. Bahwa antara dunia manusia dan Jagat Semesta dipandang memiliki kesejajaran juga dianut Majapahit seperti tertulis dalam prasasti Tuhanyaru(1323 M).
Maka sebenarnya Adhikuasa dalam tatanan politik Majapahit tersebut lebih cenderung diinterpretasi sebagai konsep simbol belaka karena ketiadaan dokumen tertulis resmi (prasasti) yang menyebutkan tentang adanya penaklukan terhadap negara2 diluar wilayah Majapahit tersebut. Semuanya hanya semata dimaksudkan untuk menempatkan dengan mengatur pola tataletak strategis negara Majapahit di dalam keberadaannya di Nusantara, apalagi ketika itu di Aceh sudah berkembang kerajaan Islam (makam siti Maimun bintiFatimah), apa mungkin suatu pemerintahan Islam mengakui kedaulatan kerajaan yang dianggap musyrik, kecuali sebagai negara sahabat atau kongsi dalam kegiatan perdagangan…
Jika Majapahit kosmisnya berlandaskan doktrin Hindu-Buddha, maka jauh berbeda dengan Tatar Sunda, pada saat itu Priangan Timur/Puseur Galuh dan Priangan Barat/Puseur Sunda telah menyatu dalam satu Panji Kekuasaan yang disebut GALUH-PAKWAN. Konsepnya yaitu TRI TANGTU DI BUMI (sebagaimana sejak awal dikukuhkan oleh regalia TRISULA-prasasti Tugu). Tetapi jelas bahwa Sunda masih tetangga dekat dalam tatanan pulau Jawa. Gajah Mada rupa2nya terpicu untuk menyatukan pulau Jawa dalam panji kuasa bagi rajanya demi karir politik pribadinya dalam kerajaan.
Lantas ia berikrar Sumpah Palapa sebagai puncak pengabdiannya, Mengapa??? Disinyalir (berdasarkan cerita rakyat) waktu itu Hayam Wuruk merupakan anak Gajah Mada dari buah perkawinan gelap (selibat/perselingkuhan) dengan seorang ratu Majapahit, maka itu sumpah Palapa selain hendak merealisasikan konsep kosmogoni Tuhanyaru, juga menjunjung putra kandungnya yang pada sasat itu sedang bertakhta, jerih payah Gajah Mada memang tidak sia2 karena pada saat Hayam Wuruk memerintah dijuluki Sanghyang Wkas ing Sukha -simbol puncak kejayaan Majapahit dibawah perintahHayam Wuruk-.
Alih2 Hayam Wuruk hendak mengawini putri sunda yang konon terkenal karena kemolekannya maka lamaran Hayam Wuruk lantas diterjemahkan oleh Gajah Mada sebagai persembahan upeti Sunda kepada Majapahit. Maka sisanya adalah sejarah,terjadilah PALAGAN di BUBAT dan SUNDA binasa seketika… bukan main2…PEMBANTAIAN !!!
Yang menjadi pertanyaan apakah benar Prabu Linggabhuana berani melanggar Purbatisti dan Purbajati Sunda di dalam cara mengantarkan putrinya ke pihak pengantin pria. Atau adakah faktor lain yang membuat beliau membuat keputusan seperti itu. Mungkin atas dasar kenyataan bahwa ada dua penerus sah dari tahta KERAJAAN SUNDA yang menjadi raja besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
1. Sanjaya / RakeyanJamri / Prabu Harisdama, raja ke 2 Kerajaan Sunda (723 – 732M),
menjadi raja diKerajaan Mataram (Hindu) (732 – 760M). Ia adalah pendiri Kerajaan Mataram Kuno,dan sekaligus pendiri Wangsa Sanjaya.
2. Raden Wijaya, penerus sah Kerajaan Sunda ke – 27, yang lahir di Pakuan, menjadi Raja Majapahit pertama (1293 – 1309 M),
maka sang Prabu ingin menyatukan kembali hubunganpersaudaraan diantara mereka.
Jelas Majapahit menyerang rombongan kerajaan Sunda yang dalam keadaan tanpa senjata dan persiapan perang ,inilah AIB KERAJAAN MAJAPAHIT yang tak tertanggungkan -dosa besar dalam tatanan agama- maupun politik karena itu tidak akan pernah dicantumkan di dalam KAKAWIN NAGARAKRTAGAMA oleh Mpu Prapanca. Nagarakrtagama ditulis sebagai PUJASASTRA seorang pujangga Prapanca dengan tujuan Moksha, maka setiap kata2 dan kalimat yang diungkapkannya melantunkan pengabdian dan pujian tertinggi kepada Hayam Wuruk (kala itu Raja dipandang sebagai titisan Dewa di bumi, baik pemimpin tertinggi politik maupun pemimpin tertinggi keagamaan).
Maka yang mencantumkan peristiwa BUBAT adalah CARITA PARAHIYANGAN dan PARARATON (karya sastra tradisi kecil karena itu lebih lugas dan gamblang dalam bercerita tentang peristiwa bersejarah) tergolong kepada Historiografi Tradisional dan validitasnya telah diuji secara Filologia, maka sah dipakai sebagai sumber sejarah.
Ulah Gajah Mada sebenarnya merupakan perpanjangan tangan pamanda Hayam Wuruk yang berjuluk BHRE WENGKER, ia berkedudukan sebagai tangan kanan pemerintahan Hayam Wuruk pada waktu itu (keluarga sangat senior di lingkungan istana dan sarat pengalaman ipoleksosbud) ia tidak rela tahta majapahit bercampur Sunda, maka ia menghasut Gajah Mada (tentu saja dengan ancaman The Red Core Gajah Mada atas perselingkuhannya) untuk membalikkan lamaran hayam Wuruk menjadi suatu peristiwa BEJAT NISTA MEMALUKAN.
Kenyataannya Hayam Wuruk akhirnya dinikahkan dengan adik sepupunya (siapa lagi kalau bukan putri kandung Bhre Wengker).
Disinyalir dari berbagai naskah, politik Gajah Mada memang kotor, berbagai pemberontakan dari dalam kerajaan seperti Nambi juga Tanca sebenarnya adalah hasutan dari Gajah Mada karena Gajah Mada sangat sebal kepada Jayanagara yang doyan peuyeum..peuyeumpuan, ia menggunakan tabib Tanca untuk mengobati bisul jayanagara.
Guna menghudang dendam, maka istri tabib Tanca diumpankan terlebih dahulu ke atas ranjang Jayanagara. Lalu diundanglah tabib Tanca oleh Gajah Mada untuk mengobati bisul Jayanagara. Akhirnya dendam lama terkuak, Jayanagara ditikam sampai mati oleh pisau operasi tabib Tanca, sehingga yang tampak sebagai pesakitan adalah tabib Tanca bukan Gajah Mada.
Begitu juga Sora dan Nambi diadu domba hingga terjadi permusuhan perang dingin berlarut2 lalu Jayanagara menitahkan menumpasnya, maka kesempatan Gajah Mada menumpas tuntas Sora dan Nambi. Ini dia sosok Gajah Mada sesungguhnya !!!
Setelah Palagan Bubat sang mahapatih selalu bersedih mengidap rasa penyesalan yang tak terhingga,hidupnya serasa bergelimang dosa, apabila malam tak dapat memejamkan matanya ,satu2nya jalan pelampiasan adalah dengan meminum tuak hingga jatuh terkapar karena mabuk berat. Sejak itu kebesaran namanya menjadi suram dan pudar. Akhirnya Gajah Mada meloloskan diri dari keramaian kerajaan dan pemerintahan,pergi dan hidup menyendiri memohon pengampunan dewata.
Sedangkan sang prabu Hayam Wuruk sangat sedih tiada tara kehilangan putri idaman yang sudah bertahun2 menjadi idamannya, Nay Ratna Citraresmi Dyah Pitaloka senantiasa membayang di pelupuk matanya.

JATUH CINTA


Kenapa menggunakan istilah ‘jatuh’ cinta? Kenapa tidak memakai istilah ‘Bangun cinta ’?
Apakah makna kata ‘jatuh’ mengartikan bahwa cinta itu tiba-tiba jatuh di mana saja, tanpa kenal waktu, usia, dan latar belakang seseorang?
Atau apakah ‘jatuh’ berarti orang yang kejatuhan cinta ini tidak bisa mengelak atau menolak?
Padahal ‘Jatuh’ bila di tempat yang tidah empuk kan jadi atit kadang jadi Patah kayak tulang mungkin hatinya juga kalee … Gubraakkkk
Semua orang berhak merasa cinta, Tetapi, tiap orang akan mendapat dan menerima cinta dengan berlainan kualitasnya.
Cinta, seperti apa yang kita serahkan pada orang yang kita cintai?
Juga, cinta yang berkualitas, seperti apa yang kita terima dari orang yang mengaku mencitai kita? Jatuh cinta, apakah ini murni suatu proses yang mengacu pada perasaan saja? Atau, ada logika yang harus ditajamkan?
Banyak dari kita menganggap, jatuh cinta merupakan kejadian di mana sese-orang tidak bisa berpikir lagi secara logis bahkan menyelaraskan Rasio dan Rasa.
Maka muncul guyonan “Kalau cinta sudah melekat, kotoran kambing pun serasa cokelat”
Masih soal kualitas, benarkah cinta pada pandangan pertama hanya ketertarikan fisik belaka?
Apakah benar kita bisa mencintai seseorang pada pandangan pertama?
Kita menyukai seseorang kemudian ingin bertemu lagi dan bertemu lagi. Akhirnya perasaan kangen yang begitu dahsyat, membawa kita pada kecanduan ingin selalu bersama.
Setelah itu, berlanjut dengan saling mengenal antarjiwa, apa saja kesukaaannya dan apa saja yang bisa menarik perhatiaannya.
Jadi, memang tidak mungkin kita mencintai seseorang begitu melihatnya. Apalagi, tidak ketahuan asal-usulnya, tahu-tahu cinta dengan begitu saja. Cinta tidak menyerang tiba- tiba, tetapi efek ketertarikan membuat cinta tumbuh.
Dengan kenyataan ini, bisa disimpulkan bahwa jatuh cinta merupakan proses emosi yang kompleks. Agar cinta bisa tumbuh dan berkembang, maka cinta membutuhkan waktu berproses.
Benar kata-kata dalam lagu Eddy Silitonga, yang menjelaskan jatuh cinta itu suatu proses, di mana kita merasa senang disentuh, dibelai, dan bisa tertawa juga menangis bersama.
Fenomena jatuh cinta, merupakan proses kematangan jiwa yang lengkap.
Dalam berproses, tidaklah cukup hanya merasa senang dengan segala perasaaan tertarik ke arah kebutuhan biologis belaka.
Jiwa kita menjadi matang dalam berproses jika kita memberi waktu, untuk mengenal lebih dalam, maka akal sehat harus tetap digunakan.
Ketika kita dalam kondisi jatuh cinta, sebaiknya kita respek dengan rambu-rambu yang ada. Jika menyepelekannya, itu bukan pertanda kita jatuh cinta kepada seseorang, tetapi sinyal kebodohan dalam suatu hubungan yang berawal dari ketertarikan. Tertarik kepada seseorang, banyak alasanya, tapi yang pertama terlihat adalah hal yang kasat mata, maka logika akan memberi sinyal untuk akal sehat kita tetap jernih.
Banyak hal terjadi saat mabuk cinta, kita mengidealkan kekasih kita, bukan melihatnya secara realistis, dan ini bom waktu untuk relasi selanjutnya.
Jatuh cinta memang mengasyikan, memabukkan, tetapi harus bisa menerapkan logika dalam menjalani proses yang sedang terjadi, agar tidak menjadi kacau pada tahap selanjutnya yaitu menuju niat membangun hidup bersama dalam pernikahan.
Proses jatuh cinta itu menjadi indah dan bermakna untuk kesejahteraan hidup selanjutnya, jika kita mampu menyeimbangkan logika dan perasaaan, maka menghasilkan bukan saja cinta, tetapi cinta kasih.
Kasih, merupakan pengikat yang sempurna dalam relasi cinta, bukan saja antarpasangan, tetapi juga antarindividu.
Cinta kasih bisa digambarkan melalui, apa yang dilakukan dan apa yang tidak dilakukan tanpa paksaan, tanpa tekanan dari pihak lain.
Cinta kasih bukan ego yang menuntut, tetapi suatu penyerahan kasih sayang dengan kerelaan hati.
Cinta kasih membantu seseorang untuk menahan segala tekanan yang dialami dalam pernikahan. Cinta kasih mampu membuat seseorang menaruh kepercayaan kepada yang lain.
Cinta kasih mampu memaklumi seseorang pada saat orang yang kita kasihi sedang lemah dan berbuat salah. Orang yang mencintai dengan segenap batinnya akan senantiasa memberi kebebasan untuk orang yang dicintainya, memilih dan memiliki kebahagiaan dengan caranya sendiri.
Banyak orang terjebak ingin menguasai kekasih, membatasi pergaulannya, mengatur seleranya berbusana, atau malah berkebalikan yakni menjadi pihak yang selalu mengalah, berbuat apa saja yang diharuskan sang kekasih.
Kondisi seperti ini, memberi makna bahwa kita belum siap memberi dan menerima kedatangan ‘cinta’ di mana masing-masing pihak masih bersikeras menggunakan cara sendiri.
Cinta Tidak Buta Kenyataan di lapangan mengungkapkan bahwa cinta itu tidak buta, tetapi nafsulah yang buta.
Nek ngendikanne Simbah mbiyen: cinta kok buta (picek), lihat dengan indera mata nyata, mata hati!!
Di sinilah terlihat beda antara cinta dan nafsu.
Banyak pernikahan terjadi didasari nafsu ketertarikan seketika yang tanpa disadari, tetapi diberi label ‘cinta’. Maka, lahirlah kalimat, cinta pada pandangan pertama! ”Waktu kita jatuh cinta, segala hal yang negatif disembunyikan”.
Sejalan dengan waktu, hal yang tersembunyi ini menjadi masalah di kemudian hari, ketika tak ada tempat lagi untuk menyembunyikannya.
Suatu ketika kita sadar bahwa karakter pasangan kita banyak kekurangan sehingga membuat ketidakcocokan hidup bersama, lalu masalah lain pun menumpuk. Apakah persoalan relasi antarpasangan itu tadi bisa diatasi dengan cinta belaka?
Faktanya, cinta tidaklah seajaib itu dalam perjalanan kehidupan nyatanya tak seperti teori para ABG.
Maka, cinta saja tidak cukup. Harus menjadi cinta kasih untuk lebih kuat. Cinta tidak melenyapkan semua masalah.
Banyak orang berpikir, jika kita mempunyai cinta, maka segala masalah akan teratasi. Seakan-akan cinta itu obat bagi segala penyakit relasi.
Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih lebih berani dalam bertindak dan tahan dalam berjuang menghadapi masalah yang ada.
Sangat berbahaya bila kita jatuh cinta berdasarkan menyukai kekasih hanya sebatas fisik, walaupun kita sadar, banyak hal dari dirinya yang kita tidak suka, tidak cocok.
Jika kita tergila-gila kepada seseorang hanya karena senang ketika kontak fisik, maka itu bukan jatuh cinta, tetapi hanya nafsu belaka.
Cinta yang tidak buta, sadar akan kekurangan kekasihnya tetapi karena ada cinta di hatinya maka dia bisa mengatasinya dengan berusaha menerima dan memberi toleransi yang besar dengan harapan sang kekasih bisa berubah.
Berdasarkan perasaan cinta yang besar, maka keinginan-keinginan tersebut, haruslah didasari dengan maksud baik.
Cinta yang tidak Buta tapi mencermati dengan Teliti, tidak akan memberitahu kekurangan kekasih dengan geram, marah membenci, cinta tidak merasa jijik, cinta tidak mencaci, dan mengungkit-ungkit masa lalu. Tetapi, dengan cinta kita mengingatkan, memberi nasihat, memberi ruang agar sang kekasih menyadari keburukannya, dan mau berubah karena kesadarannya sendiri.
Nafsu bisa membutakan!
Banyak orang yang menjalin hubungan dengan penuh nafsu, sangat tergila-gila dengan kontak fisik, kecanduan seks pranikah, maka saat menikahinya, menerima saja kekurangan kekasihnya, tanpa keinginan memperbaiki.
”Hubungan yang didasari nafsu akan cepat jenuh, ketika kekurangan sang kekasih, semakin hari semakin terlihat dan kita lebih kritis untuk menuntut perubahan.”
Ketika perubahan tidak juga didapat kita mengkhayal akan datang orang lain yang menggantikannya dan berusaha meninggalkannya. itulah akhir dari pernikahan yang berlandaskan nafsu bukan cinta kasih.
Pernikahan memungkinkan bagi banyak pasangan untuk saling melayani dan saling mengasihi dengan demikian pernikahan makin dikekalkan oleh cinta kasih, sama-sama berusaha menjadi pemberi kebahagiaan pada masing-masing pasangannya.
Sama-sama menghargai kekurangan yang ada, dan sama-sama memberi waktu untuk memperba- iki diri, tidak gengsi untuk meminta maaf jika berbuat salah.
jangan sampai JATUH dan PATAH … Guubrrakkk
Lirik Lagu Kristina Jatuh Bangun
jatuh bangun aku mengejarmu
namun dirimu tak mau mengerti
kubawakan segenggam cinta
namun kau meminta diriku
membawakan bulan ke pangkuanmu
jatuh bangun aku mencintai
namun dirimu tak mau mengerti
kutawarkan segelas air
namun kau meminta lautan
tak sanggup diriku sungguh tak sanggup
* sudah tahu luka di dalam dadaku
sengaja kau siram dengan air garam
kejamnya sikapmu membakar hatiku
sehingga cintaku berubah haluan
** percuma saja berlayar
kalau kau takut gelombang
percuma saja bercinta
kalau kau takut sengsara
jatuh bangun aku mengejarmu
namun dirimu tak mau mengerti
kubawakan segenggam cinta
namun kau meminta diriku
membawakan bulan ke pangkuanmu

JADWAL PERSI DI Liga Super Indonesia 2011/2012


Putaran I
03/12/2011      Persib              vs         Persiram
07/12/2011      Persib             vs         Sriwijaya FC
12/12/2011      Deltras             vs         Persib
17/12/2011      Persidafon       vs         Persib
05/01/2012      Persib              vs         PSAP
09/01/2012      Persib              vs         PSMS
14/01/2012      Mitra Kukar    vs         Persib
17/01/2012      Persisam          vs         Persib
24/01/2012      Persib              vs         PSPS
29/01/2012      Persib              vs         Persija
05/02/2012      Pelita Jaya       vs         Persib
15/02/2012      Persiwa            vs         Persib
19/02/2012      Persipura         vs         Persib
11/03/2012      Persib             vs         Persela
15/03/2012      Persib             vs         Arema
19/03/2012      Gresik United vs        Persib
24/03/2012      Persiba             vs         Persib
Putaran II
10/04/2012      Persib              vs         Gresik United
14/04/2012      Persib              vs         Persiba
29/04/2012      Persela             vs         Persib
03/05/2012      Arema                         vs         Persib
07/05/2012      Persib              vs         Persiwa
11/05/2012      Persib              vs         Persipura
28/05/2012      Persib              vs         Pelita Jaya
10/06/2012      Persija              vs         Persib
14/06/2012      PSPS               vs         Persib
22/06/2012      Persib              vs         Mitra Kukar
26/06/2012      Persib              vs         Persisam
02/07/2012      PSMS              vs         Persib
07/07/2012      PSAP              vs         Persib
14/07/2012      Persib              vs         Deltras
18/07/2012      Persib              vs         Persidafon
25/07/2012      Persiram          vs         Persib
29/07/2012      Sriwijaya FC   vs         Persib
JADWAL SEWAKTU-WAKTU DAPAT BERUBAH

TATARUCINGAN


Ieu Soal tatarucinga sunda na :

1. Make baju bodas lain dokter, make topi hejo lain tentara.
2. Hayam naon anu sukuna sarebu?
3. Diubek diteangan, geus kapanggih dipiceun. Naon?
4. Naon sababna lamun tumpak mobil sok nundutan?
5. Sato naon anu teu bisaeun mundur?
6. Bangku naon anu bisa didahar?
7. Cing pangnyebutkeun 5 rupa ngaran bungbuahan anu sok didahar, sakali nyebut!
8. Batu naon anu teu aya di cai?
9. Oray naon anu teu bisaeun ngaleor?
10. Jalma naon anu sukuna tilu panonna opat?
11. Di luar koneng, di jero bodas, nu apaleun monyet.
12. Hayam naon anu sukuna hiji?
13. Bapana udud, indungna nyeuseuh, anakna ceurik.
14. Gajah tumpak beca, gede naonna?
15. Baso dibalikkeun jadi naon?
16. Awakna leutik pisan, sirahna gede pisan.
17. Nini-nini bongkok kumaha sarena?
18. Piring naon anu bisa dipake nempo bulan?
19. Manuk naon anu jangjangna dina suku, sirahna dina suku?
20. Naon sababna ban mobil tina karet?
21. Sapi naon anu bau?
22. Piring naon anu pangrame-ramena di Indonesia?
23. Naon bedana sarimie jeung nini-nini?
24. Pribumi di luar ari semah di jero.
25. Dicabak beye, ditakol ngabelentrang.
26. Diusapan, didengkakkeun, tuluy diasupkeun.
27. Di luar hujan angina, di WC hujan naon?
28. Hayamna bodas, naonna anu hideung?
29. Buah naon anu dipikaresep ku lalaki?
30. Jam naon anu bisa nembang?
31. Monyet naek kana tangkal kai, tinggal naonna?
32. Pare naon anu teu ngeunah?
33. Jalma meuli kasur keur naon?
34. Sato naon anu sukuna dina sirah awakna dina sirah?
35. Kapas 2 kg, batu 1 kg, lamun ditinggangkeun kana suku nyeri mana?
36. Ku naon tukang baso nakolan mangkok?
37. Soeh teu bisa dikaput, kotor teu bisa diseuseuh.
38. Budak dugul asup kana embel.
39. Petina hiji, mayitna loba.
40. Kaca naon anu nyeri?
41. Naon sababna kareta api manjuna ngarayap?
42. Kaca naon anu seungit?
43. Kaca naon anu pangbeuratna?
44. Hayam naon anu keur jengke?
45. Ari sakintal bisa jadi sapuluh kilo?
46. Aya balon sapuluh, bitu hiji, kempes tilu, kari sabaraha deui?
47. Dicekek beuheungna dieleketek beuteungna.
48. Naon sababna ban sapedah anu tukang sok babari dugul?
49. Naon sababna lamun anjing keur lumpat sok ngalieuk bae ka tukang?
50. Kaca naon anu sok disada?

ieu jawaban tatarucingan sunda na mank
1. Toge
2. Hayam keur pawey
3. Korong
4. Sabab banna buleud
5. Sato nu nukangan tembok
6. Bangkuang
7. Rujak
8. Batu garing
9. Oray nu ngalegleg linggis
10. Aki-aki make iteuk jeung kacamata
11. Cau
12. Hayam nu keur jengke
13. Kareta api
14. Gede bohongna
15. Bahe
16. Sireum make helm
17. Peureum
18. Piring bolong
19. Manuk anu katincak
20. Mun tina coklat pasti digembrong sireum
21. Sapiteng
22. Piringatan 17 Agustus
23. Manuk anu katincak
24. Tukang beca jeung panumpang
25. Tai kotok napel dina tihang listrik
26. Kacamata
27. Hujan-heujeun
28. Kalangkangna
29. Buahenol
30. Jamrud
31. Tinggal turunna
32. Parea-rea omong
33. Keur beunta
34. Kutu
35. Nyeri sukuna
36. Ku sendok
37. Keretas
38. Cilok
39. Korek api
40. Kacabok
41. Mun nangtung mah nabrak kapal nu keur ngapung
42. Kacapiring
43. Kacalikan gajah
44. Hayam nu keur sondah
45. Bisa, lamun kiloanana ruksak
46. Kari 9 da nu kempes teh ditiup deui.
47. Gitar
48.Balas cape mikiran kumaha carana hayang miheulaan ban hareup
49. Sabab teu make kaca spion
50. Kacapi
Di kutip ti blog na saudari Popon, lamat blog na
http://pop.blogsome.com/2006/07/24/tatarucingan-2/

Perjalanan Bujangga Manik

"Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke.
Aya ma beuheula aya tu ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna.
Hana tunggak hana watang, tan hana tunggak tan hana watang.
Hana ma tunggulna aya tu catangna."
(Aya bareto aya jaga, lamun teu aya bareto moal aya jaga.
Aya baheula aya ayeuna, lamun teu aya baheula moal aya ayeuna.
Aya iteuk aya dahan, lamun teu aya iteuk moal aya dahan.
Lamun aya tunggul tangtu aya urut tangkalna.)
Sekilas Bujangga Manik
A(m)buing tatanghi ti(ng)gal,tarik-tarik dibuhaya,
pawekas pajeueung beungeut,kita a(m)bu deung awaking,
hengan sapoe ayeuna,aing dek leu(m)pang ka wetan

(Ibuku, bangun dan tinggallah,meski kautarik sekeras buaya,
ini kali terakhir bersitatap,engkau, ibu, dan aku,
tinggal sehari ini,aku mau pergi ke timur)






Ringkasan perjalanan bujangga manik
Anu nulis naskah buhun ieu teh nyaeta Prabu Jaya Pakuan, bisa ditempo dina rumpaka ka 14. Pangeran Jaya Pakuan boga landihan Bujangga Manik, anu bisa kapanggih munggaran dina rumpaka ka 456. Dina rumpaka 15-20 dicaritakeun yen anjeunna baris ninggalkeun ambuna pikeun ngumbara ka arah wetan. Anjeunna pohara taliti dina nyaritakeun lalampahanana.Bujangga Manik mitembeyan lalampahan kahijina ngaliwatan wewengkon Puncak. Waktu Bujangga Manik leumpang nanjak ka wewengkon Puncak, anjeuna reureuh heula, diuk, ngipasan awak sarta nempokeun kaendahan alam hususna Gunung Gede anu dina rumpaka ka 59 nepi ka 64, disebut ku anjeunna sabage titik pangluhurna nu aya di dayeuh Pakuan (ibukota Karajaan Sunda).

Ti Puncak, anjeunna neruskeun lalampahan nepi ka meuntas Cipamali (ayeuna mindeng disebut Kali Brebes ) pikeun asup ka wewengkon Jawa. Di wewengkon Jawa anjeunna mapay-mapay patempatan anu kawengku ku Majapait. Patempatan anu kawengku ku karajaan Demak (alas Demak) ogĂƒ© kaliwatan. Sadatang di Pamalang, Bujangga Manik nineung ka ambuna (rumpaka 89) sarta buleud hate pikeun balik. Tapi dina mangsa ieu, anjeunna leuwih milih jalan laut nyaĂƒ©ta naĂƒ©k kapal anu datang ti Malaka. Kasultanan Malaka mimiti pertengahan abad ke-15 nepi ka ditalukkeunna ku Portugis ngawasa perdagangan di laut.

Miangna kapal ti darmaga digambarkeun kawas upacara pesta (rumpaka 96-120): bedil ditembakkeun tujuh kali, pakakas musik ditabeuh, sawatara lagu ditembangkeun kalayan tarik ku awak kapal; bahan-bahan anu nyusun kapal ogĂƒ© diwincik ku Bujangga Manik; aya awi gombong jeung awi nyowana. Bahan tina hoe oge aya rupa-rupa, hoe muka, hoe omas jeung hoe walatung. Tihang kapal dijieun tina kai laka. Bujangga Manik ogĂƒ© helok ningali awak kapal anu asalna ti rea seler.

Lalampahan ti Pamalang ka Sunda Kalapa, palabuhan Karajaan Sunda, dilayaran sajero waktu satengah bulan. (rumpaka 121), anu mĂƒ©rĂƒ© gambaran yĂƒ©n kapal anu ditumpakan tĂƒ©h nyimpang ka sababaraha patempatan nu aya diantara Pamalang jeung Kalapa. Tina palayaran kasebut, Bujangga Manik nyieun ngaran landihan sĂƒ©jĂƒ©nna nyaĂƒ©ta Ameng Layaran.

Ti Sunda Kalapa, Bujangga Manik ngaliwatan PabĂƒ©yaan sarta neruskeun lalampahan ka karaton di Pakuan, di bagian kidul dayeuh Bogor kiwari (Noorduyn 1982:419). Bujangga Manik asup ka Pakancilan (rumpaka 145), terus asup ka balĂƒ© rĂƒ©ncĂƒ©ng (paviliun) anu dirĂƒ©ka-rĂƒ©ka (didekorasi) sarta tuluy diuk di dinya. Bujanga Manik nempo ambuna keur ninun (cara ninunna dijelaskeun dina rumpaka 160-164). Ambuna kagĂƒ©t jeung bungah nempo anakna mulang. Anjeunna geura-giru ninggalkeun pagawĂƒ©an ninunna sarta asup ka imah nyingkabkeun sawatara kasang carita (hordĂƒ©ng) nu aya rarawisanna, sarta unggah kana ranjang. Ambuna Bujangga Manik nyiapkeun pangbagĂƒ©a ka anakna, nyokot sabaki seupaheun, mĂƒ©rĂƒ©san rambut, sarta makĂƒ© kaĂƒ©n mahal. Anjeunna terus turun tina ranjang, kaluar ti imah, nuju ka balĂƒ© rĂƒ©ncĂƒ©ng sarta ngabagĂƒ©akeun anakna. Bujangga Manik nampa seupaheun anu disuguhkeun ku ambuna.

Dina bagian saterusna, dicaritakeun ngeunaan putri Ajung Larang SakĂƒ©an Kilat Bancana. Emban Jompong Larang ninggalkeun kadaton, meuntasan Cipakancilan sarta datang ka karaton Bujangga Manik. Di karaton kasebut Jompong Larang paamprok jeung Bujangga Manik. Jompong Larang kataji pisan ku Bujangga Manik (rumpaka 267-273).

Samulangna ka kadaton, Jompong Larang manggihan putri Ajung Larang anu pareng keur riweuh ninun. Sang putri ngabogaan ebun Cina beunang ngimpor ti mancanagara (rumpaka 284-290), nempo Jompong Larang anu geura-giru, naĂƒ©k ka manggung sarta saterusna diuk di gigireun sang putri. Putri nanyakeun talatah naon anu dibawana; Jompong Larang ngomong yĂƒ©n manĂƒ©hna nempo lalaki anu pohara kasĂƒ©p, sabanding pikeun putri Ajung Larang. ManĂƒ©hna nyaritakeun yĂƒ©n Ameng Layaran leuwih kasĂƒ©p batan Banyak Catra atawa Silih Wangi, atawa ponakan sang putri (rumpaka 321), atawa saha waĂƒ©. Leuwih ti Ăƒ©ta, lalaki Ăƒ©ta singer nyieun karya sastra dina daun nipah sarta bisa basa Jawa (rumpaka 327). Putri Ajung Larang langsung ngarasa kapentang asmara. Anjeunna saterusna ngeureunkeun pagawĂƒ©an ninunna sarta asup ka imah nyiapkeun hadiah pikeun Bujangga Manik ti mimiti seupaheun jeung perhiasan sarta barang nu Ăƒ©ndah lianna kalayan ati-ati. Putri ogĂƒ© ngahadiahkeun rupa-rupa parfum ti mancanagara anu pohara mahalna, baju katut keris anu Ăƒ©ndah.

Ambuna Bujangga Manik ngadesek anakna pikeun nampa hadiah ti putri Ajung Larang, saterusna ngagambarkeun kageulisan putri sarta pujian sĂƒ©jĂƒ©nna. Ambuna Bujangga Manik ogĂƒ© nyarita yĂƒ©n putri bakal sumerah diri ka Bujangga Manik. Saterusna anjeunna ngedalkeun kecap-kecap anu henteu kungsi ditepikeun ku putri Ajung Larang Ă¢€Å“Kuring baris sumerah diri. Kuring baris nyamber kawas heulang, ngerekeb kawas maung, mĂƒ©nta ditarima jadi kikindeuwanĂ¢€ (rumpaka 530-534). Ameng Layaran reuwas ngadĂƒ©ngĂƒ© uucapan ambuna sarta nyebutkeun yĂƒ©n Ăƒ©ta tĂƒ©h ucapan larangan (carek larangan) sarta buleud hatĂƒ© pikeun nampik hadiah kasebut (rumpaka 548-650). ManĂƒ©hna mĂƒ©nta ambuna marengan Jompong Larang pikeun mulangkeun hadiah kasebut sarta ngupahan ka putri Ajung Larang. ManĂƒ©hna leuwih resep hirup nyorangan sarta ngajaga ajaran anu katarima salila lalampahanana ka Jawa, di hiji pasantrĂƒ©n di lamping Gunung Merbabu (anu ku manĂƒ©hna disebut Gunung Damalung sarta Pamrihan). Pikeun Ăƒ©ta pisan Bujangga Manik kapaksa kudu ninggalkeun deui ambuna. (jajar 649-650).

Bujangga Manik nyokot kantong anu eusina buku gedĂƒ© (apus ageung) sarta siksaguru, ogĂƒ© iteuk hoĂƒ© sarta pecut. ManĂƒ©hna saterusna ngomong yĂƒ©n baris indit deui ka wĂƒ©tan, ka tungtung wĂƒ©tan pulo Jawa pikeun nĂƒ©angan patempatan pikeun jaga manĂƒ©hna dikuburkan, pikeun nĂƒ©angan Ă¢€Å“laut pikeun palid, hiji tempat pikeun pupusna, hiji tempat pikeun ngagolĂƒ©rkeun awaknaĂ¢€ (663-666). Kalayan kecap-kecap anu dramatis ieu anjeunna ninggalkeun karaton sarta mitembeyan pangumbaraan panjangna, sarta henteu kungsi balik deui. Bujangga Manik neruskeun lalampahanana ka wĂƒ©tan, nuliskeun rĂƒ©a pisan ngaran patempatan anu sawarĂƒ©h masih dipakĂƒ© nepi ka kiwari.


Perjalanan Bujangga Manik
Perjalanan Bujangga Manik merupakan salah satu peninggalan dari naskah berbahasa . Naskah ini ditulis pada daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata, dan saat ini disimpan di Perpustakaan Bodley di oxford sejak tahun 1627 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181). Naskah Bujangga Manik seluruhnya terdiri dari 29 daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata.
Yang menjadi tokoh dalam naskah ini adalah Prabu Jaya Pakuan alias bujangga manik, seorang resi hindu dari kerajaan sunda yang, walaupun merupakan seorang prabu pada keraton pakuan pajajaran (ibu kota kerajaan, yang bertempat di wilayah yang sekarang menjadi kota bogor), lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi. Sebagai seorang resi, dia melakukan dua kali perjalanan dari pakuan pajajaran ke jawa. Pada perjalanan kedua Bujangga Manik malah singgah di bali untuk beberapa lama. Pada akhirnya Bujangga Manik bertapa di sekitar gunung patuha sampai akhir hayatnya.[1] Jelas sekali, dari ceritera dalam naskah tersebut, bahwa naskah Bujangga Manik berasal dari zaman sebelum islam masuk ke Tatar Sunda. Naskah tersebut tidak mengandung satu pun kata-kata yang berasal dari bahasa arab. Penyebutan majapahit, malaka dan Demak demak memungkinkan kita untuk memperkirakan bahwa naskah ini ditulis dalam akhir tahun 1400-an atau awal tahun 1500-an.[2] Naskah ini sangat berharga karena menggambarkan tofografi jawa pada sekitar abad ke-15. Lebih dari 450 nama tempat, gunung, dan sungai disebutkan di dalamnya. Sebagian besar dari nama-nama tempat tersebut masih digunakan atau dikenali sampai sekarang.
Ringkasan Naskah
Nama penulis naskah ini, Prabu Jaya Pakuan, muncul pada baris ke-14. Nama alias dari penulis, yaitu Bujangga Manik, dapat ditemukan mulai baris ke-456. Dalam baris 15-20 diceritakan bahwa dia akan meninggalkan ibunya untuk pergi ke arah timur. Dia sangat teliti dalam menceritakan keberangkatannya. Dari kebiasaannya kita tahu bahwa dia mengenakan ikat kepala ("saceundung kaen" dalam baris 36).
Kemudian dia memulai perjalanan pertamanya yang dia lukiskan secara terperinci. Waktu Bujangga Manik mendaki daerah puncak, dia menghabiskan waktu, seperti seorang pelancong zaman modern, dia duduk, mengpasi badannya dan menikmati pemandangan, khususnya gunung gede yang, pada baris ke 59 sampai 64, dia sebut sebagai titik tertinggi dari kota pakuan(ibukota kerajaan sunda).
Dari Puncak dia melanjutkan perjalanan sampai menyeberangi Ci Pamali (sekarang lebih sering disebut  kali brebes) untuk masuk ke daerah Jawa. Di daerah Jawa dia mengembara ke berbagai desa yang termasuk kerajaan Majapahit dan juga kerajaan Demak. Sesampai di Pamalang, Bujangga Manik merindukan ibunya (baris 89) dan memutuskan untuk pulang. Namun pada kesempatan ini, dia lebih suka untuk lewat laut dan menaiki kapal yang datang dari Malaka. Kesultanan Malaka mulai pertengahan abad ke-15 sampai ditaklukkan oleh Portugis menguasai perdagangan pada perairan ini.
Keberangkatan kapal dari pelabuhan dilukiskan seperti upacara pesta (baris 96-120): bedil ditembakkan, alat musik dimainkan, beberapa lagu dinyanyikan dengan keras oleh awak kapal; gambaran terperinci mengenai bahan yang digunakan untuk membuat kapal diceritakan: berbagai jenis bambu dan rotan, tiang dari kayu laka, juru mudi yang berasal dari india juga disebutkan; Bujangga Manik benar-benar terpesona karena awak kapal berasal dari berbagai tempat atau bangsa.
Perjalanan dari Pamalang ke  kalapa,pelabuhan Kerajaan Sunda, ditempuh dalam setengah bulan. (baris 121), yang memberi kesan bahwa kapal yang ditumpangi tersebut berhenti di berbagai tempat di antara Pamalang dan Kalapa. Dari perjalanan tersebut, Bujangga Manik membuat nama alias lainnya yaitu Ameng Layaran. Dari Kalapa, Bujangga Manik melewati Pabeyaan dan meneruskan perjalanan ke istana kerajaan dipakuan, di bagian selatan kota bogor sekarang (Noorduyn 1982:419). Bujangga Manik memasuki Pakancilan (baris 145), terus masuk ke paviliun yang dihias cantik dan duduk di sana. Dia melihat ibunya sedang menurun, teknik menenunnya dijelaskan dalam baris (160-164). Ibunya terkejut dan bahagia melihat anaknya pulang kembali. Dia segera meninggalkan pekerjaannya dan memasuki rumah dengan melewati beberapa lapis tirai, dan naik ke tempat tidurnya.
Ibu Bujangga Manik menyiapkan sambutan buat anaknya, menghidangkan sebaki bahan untuk mengunyah sirih, menyisirkan rambutnya, dan mengenakan baju mahal. Dia kemudian turun dari kamar tidurnya, keluar dari rumah, pergi ke paviliun dan menyambut anaknya. Bujangga Manik menerima perlengkapan mengunyah sirih yang ditawarkan ibunya.
Pada bagian berikutnya, diceritakan mengenai putri Ajung Larang Sakean Kilat Bancana. Jompong Larang, pesuruh putri Ajung Larang meninggalkan istananya, menyeberangi Ci (Sungai) Pakancilan dan datang ke istana Bujangga Manik. Di istana tersebut dia bertemu seorang asing yang sedang mengunyah sirih yang ternyata adalah Bujangga Manik. Jompong Larang terpesona dengan ketampanan Bujangga Manik (baris 267-273).
Sekembalinya ke istana majikannya, Jompong Larang menemui putri Ajung Larang yang kebetulan sedang sibuk menenun. Uraian mengenai cara menenunnya diterangkan dalam baris (279-282). Putri, yang mengenakan gaun serta di sampingnya ada kotak impor dari Cina (284-290), melihat Jompong Larang yang terburu-buru, menaiki tangga dan kemudian duduk di sampingnya.
Putri menanyakan pesan apa yang dibawanya. Jompong Larang mengatakan bahwa dia melihat pria yang sangat tampan, sepadan bagi putri Ajung Larang. Dia menceritakan bahwa Ameng Layaran lebih tampan daripada Banyak Catra atau Silih Wangi, atau sepupu sang putri (321), atau siapapun itu. Lebih dari itu, pria itu pintar membuat sajak dalam daun lontar serta bisa berbahasa sunda dan jawa(baris 327). Putri Ajung Larang langsung dihinggapi rasa cinta. Dia kemudian menghentikan pekerjaan menenunnya dan memasuki rumah. Di sana dia sibuk menyiapkan hadiah bagi pria muda tersebut, yang terdiri dari berbagai perlengkapan mengunyah sirih, menggunakan bahan-bahan yang indah, dengan sangat hati-hati. Putri juga menambahkan koleksi wangi-wangian yang sangat mahal: "seluruh wewangian tersebut berasal dari luar negeri", juga baju dan sebuah keris yang indah.
Ibu Bujangga Manik mendesak anaknya untuk menerima hadiah dari putri Ajung Larang kemudian menggambarkan kecantikan putri yang luar biasa serta pujian-pujian lainnya. Ibunya juga mengatakan bahwa putri berkeinginan untuk meyerahkan dirinya kepada Bujangga Manik serta mengucapkan kata-kata yang tidak pernah disampaikan putri Ajung Larang, "Saya akan menyerahkan diri saya. Saya akan menyambar seperti elang, menerkam seperti harimau, meminta diterima sebagai kekasih (530-534). Ameng Layaran terkejut mendengar ucapan-ucapan ibunya yang antusias dan menyebutnya sebagai kata-kata terlarang (carĂ¯¿½k larangan) dan bertekad untuk menolak hadiah tersebut dengan kata-kata yang panjang juga (baris 548-650). Dia meminta ibunya bersama Jompong Larang untuk mengembalikan hadiah tersebut kepada putri serta menghibur putri. Dia lebih suka untuk hidup sendiri dan menjaga ajaran yang dia terima selama perjalanannya ke Tanah Jawa, di pesantren di lerenggunung merbabu (yang dia sebut dalam naskah ini sebagai Gunung Damalung dan Pamrihan). Untuk itulah Bujangga Manik terpaksa harus meninggalkan ibunya. (baris 649-650).
Bujangga Manik mengambil tasnya yang berisi buku besar (apus ageung) dan siksaguru, juga tongkat rotan serta pecut. Dia kemudian mengatakan bahwa dia akan pergi lagi ke timur, ke ujung timur pulau Jawa untuk mencari tempat nanti dia dikuburkan, untuk mencari "laut untuk hanyut, suatu tempat untuk kematiannya, suatu tempat untuk merebahkan tubuhnya" (663-666). Dengan kata-kata yang dramatis ini dia meninggalkan istana dan memulai pengembaraan panjangnya.
Dia meneruskan perjalanannya ke timur, menuliskan banyak sekali nama tempat yang sebagian masih digunakan sampai sekarang
Rujukan
  • J. Noorduyn (alihbahasa oleh Iskandar Wassid). 1984. Perjalanan Bujangga Manik Menyusuri Tanah Jawa: data topografis dari sumber Sunda Kuno. KITLV & LIPI, Jakarta.
  • J. Noorduyn & A. Teeuw. 2006. Three Old Sundanese Poems. Leiden: KITLV.
  • http://sunda.andyonline.net/2011/07/ringkasan-naskah-sunda-kuno-bujangga.html
Catatan kaki
1.    ^ Noorduyn, J. (2006). Three Old Sundanese poems. KITLV Press. hlm. 437.
2.    ^ Noorduyn, J. (2006). Three Old Sundanese poems. KITLV Press. hlm. 438.
3.    ^ Noorduyn J. 1982. BTL 138:413-442.

Sejarah Subang


Prasejarah
Bukti adanya kelompok masyarakat pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang adalah ditemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding (Binong), Pagaden, Kalijati dan Dayeuhkolot (Sagalaherang). Temuan benda-benda prasejarah bercorak neolitikum ini menandakan bahwa saat itu di wilayah Kabupaten Subang sekarang sudah ada kelompok masyarakat yang hidup dari sektor pertanian dengan pola sangat sederhana. Selain itu, dalam periode prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai dengan penemuan situs di Kampung Engkel, Sagalaherang.
Hindu
Pada saat berkembangnya corak kebudayaan Hindu, wilayah Kabupaten Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan, yakni Tarumanagara, Galuh, dan Pajajaran. Selama berkuasanya 3 kerajaan tersebut, dari wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sudah ada kontak-kontek dengan beberapa kerajaan maritim hingga di luar kawasan Nusantara. Peninggalan berupa pecahan-pecahan keramik asal Cina di Patenggeng (Kalijati) membuktikan bahwa selama abad ke-7 hingga abad ke-15 sudah terjalin kontak perdagangan dengan wilayah yang jauh. Sumber lain menyebutkan bahwa pada masa tersebut, wilayah Subang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Kesaksian Tome’ Pires seorang Portugis yang mengadakan perjalanan keliling Nusantara menyebutkan bahwa saat menelusuri pantai utara Jawa, kawasan sebelah timur Sungai Cimanuk hingga Banten adalah wilayah kerajaan Sunda.

Islam
Masa datangnya pengaruh kebudayaan Islam di wilayah Subang tidak terlepas dari peran seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana yang berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan agama Islam ke berbagai pelosok Subang.
Kolonialisme
Pasca runtuhnya kerajaan Pajajaran, wilayah Subang seperti halnya wilayah lain di P. Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat kerajaan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, dan Kerajaan Belanda berupaya menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk dijadikan kawasan perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia. Pada saat konflik Mataram-VOC, wilayah Kabupaten Subang, terutama di kawasan utara, dijadikan jalur logistik bagi pasukan Sultan Agung yang akan menyerang Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda, karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram dan menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara turun-temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816) konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa. Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P & T Lands). Penguasaan lahan yang luas ini bertahan sekalipun kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan Belanda. Lahan yang dikuasai penguasa perkebunan saat itu mencapai 212.900 ha. dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di daerah ini, pemerintah Belanda membentuk distrik-distrik yang membawahi onderdistrik. Saat itu, wilayah Subang berada di bawah pimpinan seorang kontrilor BB (bienenlandsch bestuur) yang berkedudukan di Subang.
Nasionalisme
Tidak banyak catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di Kabupaten Subang. Namun demikian, Setelah Kongres Sarekat Islam di bandung tahun 1916 di Subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap (Pabuaran) dan di Sukamandi (Ciasem). Selanjutnya, pada tahun 1928 berdiri Paguyuban Pasundan yang diketuai Darmodiharjo (karyawan kantor pos), dengan sekretarisnya Odeng Jayawisastra (karyawan P & T Lands). Tahun 1930, Odeng Jayawisastra dan rekan-rekannya mengadakan pemogokan di percetakan P & T Lands yang mengakibatkan aktivitas percetakan tersebut lumpuh untuk beberapa saat. Akibatnya Odeng Jayawisastra dipecat sebagai karyawan P & T Lands. Selanjutnya Odeng Jayawisastra dan Tohari mendirikan cabang Partai Nasional Indonesia yang berkedudukan di Subang. Sementara itu, Darmodiharjo tahun 1935 mendirikan cabang Nahdlatul Ulama yang diikuti oleh cabang Parindra dan Partindo di Subang. Saat Gabungan Politik Indonesia (GAPI) di Jakarta menuntut Indonesia berparlemen, di Bioskop Sukamandi digelar rapat akbar GAPI Cabang Subang untuk mengenukakan tuntutan serupa dengan GAPI Pusat.
Jepang
Pendaratan tentara angkatan laut Jepang di pantai Eretan Timur tanggal 1 Maret 1942 berlanjut dengan direbutnya pangkalan udara Kalijati. Direbutnya pangkalan ini menjadi catatan tersendiri bagi sejarah pemerintahan Hindia Belanda, karena tak lama kemudian terjadi kapitulasi dari tentara Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Dengan demikian, Hindia Belanda di Nusantara serta merta jatuh ke tangan tentara pendudukan Jepang. Para pejuang pada masa pendudukan Belanda melanjutkan perjuangan melalui gerakan bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang ini Sukandi (guru Landschbouw), R. Kartawiguna, dan Sasmita ditangkap dan dibunuh tentara Jepang.
Merdeka
Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas pada didirikannya berbagai badan perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan Rakyat (BKR), API, Pesindo, Lasykar Uruh, dan lain-lain, banyak di antara anggota badan perjuangan ini yang kemudian menjadi anggota TNI. Saat tentara KNIL kembali menduduki Bandung, para pejuang di Subang menghadapinya melalui dua front, yakni front selatan (Lembang) dan front barat (Gunung Putri dan Bekasi). Tahun 1946, Karesidenan Jakarta berkedudukan di Subang. Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas pertimbangan strategi perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946 diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan Kusnaeni dari jabatannya. Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil residen. Pada masa gerilya selama Agresi Militer Belanda I, residen tak pernah jauh meninggalkan Subang, sesuai dengan garis komando pusat. Bersama para pejuang, saat itu residen bermukim di daerah Songgom, Surian, dan Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih Purwanagara meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang meninggalkan Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke wilayah perjuangannya. Hal ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5 April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan, rapat memutuskan : 1.Wakil Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. 2.Wilayah Karawang Timur menjadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati pertamanya Danta Gandawikarma. 3.Wilayah Karawang Barat menjadi Kabupaten Karawang Barat dengan bupati pertamanya Syafei. Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu, kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibukotanya Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No. : 01/SK/DPRD/1977.