PALAGAN BUBAT
Palagan BUBAT merupakan peristiwa fenomenal yang hingga kini
menjadi polemik di segenap masyarakat Sunda dan Jawa, terutama tentang
validitas terjadinya peristiwa tersebut.Keraguan tersebut berpangkal kepada
persepsi yang dilontarkan kalangan pakar atas ketiadaan bukti tertulis.
Mengapa peristiwa BUBAT tidak tercatat dalam dokumen prasasti baik
di Majapahit maupun di Tatar Sunda? Karena peristiwa tersebut merupakan AIB,
NODA YANG SANGAT TERCELA DAN SANGAT NISTA bagi kerajaan Adhikuasa di Nusantara
pada saat itu. Negara Adhikuasa tersebut sebagai penguasa JATENG dan JATIM
(menurut tatanan geografis sekarang) tidak menguasai Tatar sunda! Anggapan
sebagai Majapahit adalah negara Adhikuasa pada waktu itu diungkapkan secara
resmi didalam dokumen prasasti Tuhanyaru(Jayanagara) yang mencantumkan tatanan
politik Majapahit secara terstruktur berlandaskan kosmogoni -konsep keagamaan
Hindu Buddha yakni doktrin Brahma yang berbunyi
“Jagat Semesta ini terdiri dari sebuah benua
bernama Jambudwipa yang berbentuk lingkaran konsentris. Diluar lautan ketujuh
atau yang terakhir,Jagat Semesta ditutup barisan pegunungan yang besar disebut
Cakrawala. Ditengah2 Jambudwipa terdapat sebuah gunung yang menjadi pusat
peredaran matahari, bulan dan bintang2. Di puncak gunung yang disebut gunung
Meru terdapat kota2 tempat tinggal para dewa dikelilingi tempat tinggal para dewaLokapala”
Pandangan kosmogonis inilah yang mempengaruhi alam pikiran
manusia yang melahirkan konsep2 (keagamaan) tentang hubungan antara dunia manusia dan Jagat Semesta. Antara lain
terhadap kegiatan politik dan budaya, terutama struktur dan susunan pemerintahan
kerajaan2 kunadi kawasan Asia Tenggara umumnya. Raja dan Kerajaannya dianggap
sebagai mikrokosmos, gambaran nyata dari Jagat Semesta sebagai makrokosmios.
Dengan demikian raja dan istananya di ibukota adalah pusat susunan mikrokosmos
tersebut. Bahwa antara dunia manusia dan Jagat Semesta dipandang memiliki
kesejajaran juga dianut Majapahit seperti tertulis dalam prasasti
Tuhanyaru(1323 M).
Maka sebenarnya Adhikuasa dalam tatanan
politik Majapahit tersebut lebih cenderung diinterpretasi sebagai konsep simbol
belaka karena ketiadaan dokumen tertulis resmi (prasasti) yang menyebutkan
tentang adanya penaklukan terhadap negara2 diluar wilayah Majapahit tersebut.
Semuanya hanya semata dimaksudkan untuk menempatkan dengan mengatur pola
tataletak strategis negara Majapahit di dalam keberadaannya di Nusantara,
apalagi ketika itu di Aceh sudah berkembang kerajaan Islam (makam siti Maimun
bintiFatimah), apa mungkin suatu pemerintahan Islam mengakui kedaulatan
kerajaan yang dianggap musyrik, kecuali sebagai negara sahabat atau kongsi
dalam kegiatan perdagangan…
Jika Majapahit kosmisnya berlandaskan doktrin Hindu-Buddha, maka
jauh berbeda dengan Tatar Sunda, pada saat itu Priangan Timur/Puseur Galuh dan
Priangan Barat/Puseur Sunda telah menyatu dalam satu Panji Kekuasaan yang
disebut GALUH-PAKWAN. Konsepnya yaitu TRI TANGTU DI BUMI (sebagaimana sejak
awal dikukuhkan oleh regalia TRISULA-prasasti Tugu). Tetapi jelas bahwa Sunda
masih tetangga dekat dalam tatanan pulau Jawa. Gajah Mada rupa2nya terpicu
untuk menyatukan pulau Jawa dalam panji kuasa bagi rajanya demi karir politik
pribadinya dalam kerajaan.
Lantas ia berikrar Sumpah Palapa sebagai puncak pengabdiannya,
Mengapa??? Disinyalir (berdasarkan cerita rakyat) waktu itu Hayam Wuruk
merupakan anak Gajah Mada dari buah perkawinan gelap (selibat/perselingkuhan)
dengan seorang ratu Majapahit, maka itu sumpah Palapa selain hendak
merealisasikan konsep kosmogoni Tuhanyaru, juga menjunjung putra kandungnya
yang pada sasat itu sedang bertakhta, jerih payah Gajah Mada memang tidak sia2
karena pada saat Hayam Wuruk memerintah dijuluki Sanghyang Wkas ing Sukha
-simbol puncak kejayaan Majapahit dibawah perintahHayam Wuruk-.
Alih2 Hayam Wuruk hendak mengawini putri sunda yang konon
terkenal karena kemolekannya maka lamaran Hayam Wuruk lantas diterjemahkan oleh
Gajah Mada sebagai persembahan upeti Sunda kepada Majapahit. Maka sisanya
adalah sejarah,terjadilah PALAGAN di BUBAT dan SUNDA binasa seketika… bukan
main2…PEMBANTAIAN !!!
Yang menjadi pertanyaan apakah benar Prabu Linggabhuana berani
melanggar Purbatisti dan Purbajati Sunda di dalam cara mengantarkan putrinya ke
pihak pengantin pria. Atau adakah faktor lain yang membuat beliau membuat
keputusan seperti itu. Mungkin atas dasar kenyataan bahwa ada dua penerus sah
dari tahta KERAJAAN SUNDA yang menjadi raja besar di Jawa Tengah dan Jawa
Timur,
1. Sanjaya / RakeyanJamri / Prabu Harisdama, raja ke 2 Kerajaan
Sunda (723 – 732M),
menjadi raja diKerajaan Mataram (Hindu) (732 – 760M). Ia adalah
pendiri Kerajaan Mataram Kuno,dan sekaligus pendiri Wangsa Sanjaya.
2. Raden Wijaya, penerus sah Kerajaan Sunda ke – 27, yang lahir
di Pakuan, menjadi Raja Majapahit pertama (1293 – 1309 M),
maka sang Prabu ingin menyatukan kembali hubunganpersaudaraan
diantara mereka.
Jelas Majapahit menyerang rombongan kerajaan Sunda yang dalam
keadaan tanpa senjata dan persiapan perang ,inilah AIB KERAJAAN MAJAPAHIT yang
tak tertanggungkan -dosa besar dalam tatanan agama- maupun politik karena itu
tidak akan pernah dicantumkan di dalam KAKAWIN NAGARAKRTAGAMA oleh Mpu
Prapanca. Nagarakrtagama ditulis sebagai PUJASASTRA seorang pujangga Prapanca
dengan tujuan Moksha, maka setiap kata2 dan kalimat yang diungkapkannya
melantunkan pengabdian dan pujian tertinggi kepada Hayam Wuruk (kala itu Raja
dipandang sebagai titisan Dewa di bumi, baik pemimpin tertinggi politik maupun
pemimpin tertinggi keagamaan).
Maka yang mencantumkan peristiwa BUBAT adalah CARITA
PARAHIYANGAN dan PARARATON (karya sastra tradisi kecil karena itu lebih lugas
dan gamblang dalam bercerita tentang peristiwa bersejarah) tergolong kepada
Historiografi Tradisional dan validitasnya telah diuji secara Filologia, maka
sah dipakai sebagai sumber sejarah.
Ulah Gajah Mada sebenarnya merupakan perpanjangan tangan pamanda
Hayam Wuruk yang berjuluk BHRE WENGKER, ia berkedudukan sebagai tangan kanan
pemerintahan Hayam Wuruk pada waktu itu (keluarga sangat senior di lingkungan
istana dan sarat pengalaman ipoleksosbud) ia tidak rela tahta majapahit
bercampur Sunda, maka ia menghasut Gajah Mada (tentu saja dengan ancaman The
Red Core Gajah Mada atas perselingkuhannya) untuk membalikkan lamaran hayam
Wuruk menjadi suatu peristiwa BEJAT NISTA MEMALUKAN.
Kenyataannya Hayam Wuruk akhirnya dinikahkan dengan adik
sepupunya (siapa lagi kalau bukan putri kandung Bhre Wengker).
Disinyalir dari berbagai naskah, politik Gajah Mada memang
kotor, berbagai pemberontakan dari dalam kerajaan seperti Nambi juga Tanca
sebenarnya adalah hasutan dari Gajah Mada karena Gajah Mada sangat sebal kepada
Jayanagara yang doyan peuyeum..peuyeumpuan, ia menggunakan tabib Tanca untuk
mengobati bisul jayanagara.
Guna menghudang dendam, maka istri tabib Tanca diumpankan
terlebih dahulu ke atas ranjang Jayanagara. Lalu diundanglah tabib Tanca oleh
Gajah Mada untuk mengobati bisul Jayanagara. Akhirnya dendam lama terkuak,
Jayanagara ditikam sampai mati oleh pisau operasi tabib Tanca, sehingga yang
tampak sebagai pesakitan adalah tabib Tanca bukan Gajah Mada.
Begitu juga Sora dan Nambi diadu domba hingga terjadi permusuhan
perang dingin berlarut2 lalu Jayanagara menitahkan menumpasnya, maka kesempatan
Gajah Mada menumpas tuntas Sora dan Nambi. Ini dia sosok Gajah Mada
sesungguhnya !!!
Setelah Palagan Bubat sang mahapatih selalu bersedih mengidap
rasa penyesalan yang tak terhingga,hidupnya serasa bergelimang dosa, apabila
malam tak dapat memejamkan matanya ,satu2nya jalan pelampiasan adalah dengan
meminum tuak hingga jatuh terkapar karena mabuk berat. Sejak itu kebesaran
namanya menjadi suram dan pudar. Akhirnya Gajah Mada meloloskan diri dari keramaian
kerajaan dan pemerintahan,pergi dan hidup menyendiri memohon pengampunan
dewata.
Sedangkan sang prabu Hayam
Wuruk sangat sedih tiada tara kehilangan putri idaman yang sudah bertahun2
menjadi idamannya, Nay Ratna Citraresmi Dyah Pitaloka senantiasa membayang di
pelupuk matanya.