Rabu, 16 Mei 2012

Pengenalan Diri


Tahukah…. Siapa diri anda sebenarnya? Pernahkan Anda menyebut Nama anda dalam berdo’a? Bagaimana anda akan mengenal Tuhan, dengan diri sendiripun anda tidak kenal? Coba renungkan jika ada pertanyaan siapakah diri anda?
Pengenalan diri lewat METODE FILSAFAT JAWA, pengenalan diri ini banyak yang mempelajari dengan metode yang terkenal dengan sebutan Sedulur papat lima pancer, akan tetapi banyak juga yang tidak sama, ada yang hanya memakai kakang kawah adi ari-ari, ada juga yang memakai bahasa (jawa) dulurku sing kerawatan lan sing ora kerawatan dan macam-macam.
Ada juga yang menamainya dengan sebutan nama-nama malaikat, ada pula yang menyebut malaikat papat, bahkan untuk sistim kangjeng Nabi Muhammad SAW disebutnya sahabat papat yaitu Abu Bakar – Usman – Umar – Ali.
Dan juga ada yang menamai: Jabrail – Mikail – isrofil – ijroil dan lain-lain.
Untuk pengenalan diri ( dulur papat ) ini ada juga yang mengajarkan memakai system / cara Beliau SYEH ABDUL QODIR ALJAELANI DAN SYEH SITI JENAR. Karena dengan sistim ini diyakini lebih akurat, sebab sebagai tolok ukur adalah Beliau berdua, yang mempunyai nilai Spiritual yang hebat. Dan sebagai acuan dasar untuk mengenal diri sendiri ada suatu bahasa yang mengarahkan untuk dipelajari.
Disebutkan didalam hadist :
ﺃﺭ
DAN SIAPA YANG MENGERTI DIRINYA AKAN TAHU TUHANNYA
Nabi Rasulullah saw. Bersabda : barangsiapa orang yang tahu/mengenal terhadap dirinya sendiri, maka orang tersebut akan tahu/mengenal Tuhannya (Gusti Pangeran). Dan barangsiapa orang yang telah mengenal/tahu Tuhannya, maka sesungguhnya luluh/musnah tubuhnya/dirinya. Maksudnya : luluh/musnah dalam hal ini karena telah SATU / TUNGGAL, karena seluruhnya telah dipasrahkan ke Pangeran Yang Maha Agung
ADA PEPATAH KATA: “KENALILAH DIRIMU SEBELUM MENGENAL TUHANMU”.
Dari bahasa diatas ini mari kita mengacu pada diri sendiri melalui metode yang sesuai dengan budaya kita masing-masing. Ada salah satu perguruan, jika anda sebagai murid atau Santrinya anda akan diajarkan untuk mengenal sedulur papat ini, yang akan membawa dampak yang sangat hebat didalam dunia SPIRITUAL KETAUHITAN. Apalagi dibina bersamaan dengan Ilmu Kalam, akan menjadi sangat luar biasa, bila mampu untuk menjalankan.
Dalam falsafah lain dikatakan Ma’rifatullah
Bismillaahirrahmaanirrahiim , Wal-Ma’rifatu Fi’lussirri, bahwa ma’rifat ini merupakan kelakuan sir (rasa). Sir adalah af’alah (laku) Dzat Pangeran, yaitu Nurullah (cahaya Allah) yang menjadi tanda adanya Dzat Azali Abadi. Maksud dari manusia yang telah ma’rifat adalah yang telah tahu kepada asalnya yang sesungguhnya yaitu manusia yang samar (ghaib). Juga memahami terhadap asalnya manusia yang menjadikan (menghidupkan) sehingga sampai menjadikan apa yang disebut Insan Kamil (manusia yang sempurna).
Sempurnanya manusia ini ketika telah menjalankan kewajiban haq-nya sebagai manusia dan mengetahui keadaan, serta menguasai ilmu dan amal yang ikhlas seperti :
1. Badan manusia : badan – hati – ruh – rasa
2. Ilmunya : syariat – thariqat – hakikat – ma’rifat
3. Amalannya : dhahir – bathin – ghaib – barzah
4. Ikhlasnya : Lillah – billah – minallah – Bi idznillah
dikatakan oleh orang yang telah mencapai ma’rifat :
1. Laa maujuda Illallah : tiada wujud selain Allah
2. Laa Qudrata Illallah : tiada kuasa selain Allah
3. Laa Iradata Illallah : tiada keinginan selain dari Allah
4. Laa ‘ilma Illallah : tiada ilmu selain dari Allah
5. Laa Hasyata Illallah : tiada hidup selain dari Allah
Disebutkan didalam Al-Quran :
“dan tidakkah berpikir orang-orang semua bahwa Allah telah menciptakan langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya dengan sebenar-benarnya dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan Allah. Sesungguhnya kebanyakan diantara manusia ingkar kepada Allah.”
Maksudnya : ingkar disini berarti tidak mau menerima atau tidak percaya. Sedangkan manusia seharusnya tahu/mengenal isi yang ada dalam dirinya
Sedikit memberi gambaran, Pengenalan dimulai dengan memakai arah kiblat atau aran KIBLAT. Atau kiblat papat.
                                                                

Metode pengenalan masing-masing orang akan berbeda-beda baik cara-cara ritual maupun sarannya (ubo rampe) namun pada intinya sama saja. Metode tersebut diatas lebih baik dilakukan pada hari yang sacral misalnya pada hari malam kelahiran atau sering disebut hari weton. Dengan cara:
- Sore hari mandi karmas memakai Sekar Wangi
- Puasa sehari semalam di mulai maghrib sampai maghrib dan mencegah tidur
- Doa Mandi dan doa puasa
Selesainya anda dikenalkan dilanjutkan dengan do’a dengan tawasul Suratul Fatikhah ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, Syeh Abdl Qodir Aljaelani, Syeh Siti Jenar, Kangjeng Sunan Kudus dan lain-lain dan amalan wiridan yang harus dilakukan, selanjutnya anda akan dibimbing oleh Guru.
Untuk meningkatkan tingkat supra natural, Anda diminta Merawat diri dan merawat Ilmu dengan ritual yang akan anda lakukan dengan bimbingan Guru. Hal-hal tersebut diatas jangan dilakukan sendiri tanpa Guru, disamping cara tersebut diatas tidak lengkap, juga dikhawatirkan akan tersesat dan menimbulkan syirik serta tidak bermanfaat untuk kehidupan anda, keluarga dan lingkungan anda.
Syariat Islam adalah ajaran islam yang membicarakan amal manusia baik sebagai makluk ciptaan Allah maupun hamba Allah.
Terkait dengan susunan tertib Syari’at, Al Quran Surat Al Ahzab ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan RasulNya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan RasulNya belum menetapkan ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam Surat Al Maidah QS 5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah.
Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara’ dan perkara yang masuk dalam kategori Furu’ Syara’.
  • Asas Syara’
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari’at Islam dimana Al Quran itu Asas Pertama Syara’ dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara’. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad saw hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati syari’at Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syari’at yang berlaku.
  • Furu’ Syara’
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist. Kedudukannya sebaga Cabang Syari’at Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya.
Perkara atau masalah yang masuk dalam furu’ syara’ ini juga disebut sebagai perkara

Tidak ada komentar: